Pengertian Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah



Masalah Lain yang perlu kita pahami dalam mempelajari hadits, adalah kajian mengenai hadits yang disebut `Ulum al-Hadits. Ilmu hadits itu sendiri terdiri atas dua bagian, yakni ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah.

Ilmu Hadits Riwayah

Ilmu hadits riwayah adalah ilmu hadits yang mempelajari cara-cara penukilan, pemeliharaan dan penulisan hadits. Tujuannya untuk memahami hadits-hadits Nabi Muhammad Rosulullah saw. sebagai penjelas al-Qur`an, dan menjadikan hadits (perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad saw.) sebagai teladan.

Objek kajian ilmu hadits riwayah ini meliputi:

  • cara periwayatan hadits, berarti cara penerimaan dan penyampaian hadits kepada orang lain,
  • penulisan serta pembukuan hadits

Pada masa Nabi Muhammad saw. para sahabat dilarang menulis hadits. Dengan demikian hadits hanya tersimpan dalam hafalan para sahabat. Meskipun demikian keaslian hadits tersebut sejak penerimaan dari Rosulullah saw. sampai pada masa pembukuannya terjamin dengan baik, karena beberapa faktor:

  1. Nabi Muhammad saw. menyampaikannya dengan fasih serta menggunakan bahasa yang baik dan benar;
  2. Nabi Muhammad saw. sering menyesuaikan dialeknya dengan dialek lawan bicaranya;
  3. cara Nabi Muhammad saw. berbicara perlahan-lahan, tegas, dan jelas, serta sering mengulangnya hingga tiga kali;
  4. para sahabat sangat mengidolakan dan sangat hormat kepada Nabi Muhammad saw. sehingga mereka yakin betul apa yang beliau ucapkan mengandung makna. Karena itulah para sahabat mendengarkan sabdanya dengan tekun;
  5. orang-orang Arab memiliki kemampuan menghafal yang sangat luar biasa; dan
  6. pada tingkat tabi`in, periwayatan hadits dan keasliannya terjamin oleh anggapan mereka bahwa apa yang diterima itu semuanya adalah sesuatu yang berharga.

Periwayatan hadits oleh para sahabat, tabi`in (generasi setelah sahabat), dan tabi`it tabi`in (generasi sesudah tabi`in) dilakukan dengan dua cara, yaitu periwayatan dengan lafal (riwayah hi al-lafzi); dan periwayatan dengan makna (riwayah hi al-ma`na)

1)    periwayatan dengan lafal (riwayah hi al-lafzi) adalah periwayatan yang disampaikan sesuai dengan lafal yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. Periwayatan hadits sesuai dengan lafal ini sangat sedikit jumlahnya.

Ciri-ciri hadits yang diriwayatkan secara lafal ini, antara lain:

=> dalam bentuk muta’ahad (sanadnya memperkuat hadits lain yang sama sanadnya), misalnya hadits tentang adzan dan syahadat
=> hadits-hadits tentang doa; dan
=> tentang kalimat yang padat dan memiliki pengertian yang mendalam (jawaami` al-kalimah)

2)    periwayatan dengan makna (riwayah hi al-ma`na) adalah hadits yang diriwayatkan sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad saw. Dengan demikian dari segi redaksinya ada perubahan. Sebagian besar hadits Nabi saw. diriwayatkan dengan cara demikian. Sebab beliau memberi isyarat diperbolehkannya meriwayatkan hadits dengan riwayah hi al-ma`na

Syarat-syarat yang ditetapkan dalam meriwayatkan hadits secara makna ini cukup ketat, yaitu:

=> periwayat haruslah seorang muslim, baligh, adil, dan dhobit (cermat dan kuat);
=> periwayat hadits tersebut haruslah benar-benar memahami isi dan kandungan hadits yang dimaksud;
=> periwayat hadits haruslah memahami secara luas perbedaan-perbedaan lafal sinonim dalam bahasa Arab;
=> meskipun si pelafal lupa lafal atau redaksi hadits yang disampaikan Nabi Muhammad saw., namun harus ingat maknanya secara tepat

http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/ulumul-hadits/hadist/854/ilmu-hadits-riwayah-dan-dirayah.html

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template