Makalah Shlat Berjama'ah


KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat illahi Robbi,  karena tanpa ridlo dan perkenan-Nya makalah ini tidak akan bisa diselesaikan. Solawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, karena atas jasa beliaulah kita menjadi masyarakat bermoral dan berilmu pengetahuan.
Pendidikan agama islam bertujuan untu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan agama islam  dikmaksud maka kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus diikuti dengan pelayanan yang sesuai dengan syariah islam ( Al-Qur’an dan As-sunnah )
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu disempurnakan, untuk itu diharapkan kepada pihak yang terkait untuk memberikan koreksi baik dari segi bahasa, isi materi maupun tata urutannya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, mahasiswa, dalam melaksanakan tugas kesehariannya.





Daftar isi


Kata Pengantar                                                                                                       
Daftar Isi                                                                                                                   
Bab I Pendahuluan                                                                                                
1.1 Latar Belakang Masalah                                                                                 
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah                                                                         
Bab II Rumusan Masalah                                                                                     
2.1 Pengertian                                                                                                        
A.  Pengertian Shalat                                                                                    
 B. Fungsi Umum Shlat                                            
C. Shalat ditinjau dari segi Sosial
D. Shalat ditinjau dari segi Politik
E. Shalat ditinjau dari segi Syiarl                                                                            
Bab III.Kesimpulan                                                                                                                                    













BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang Masalah
1.      Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
2.      Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).
3.      Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah.
Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari – hari.

1.2.        Tujuan Pembuatan Masalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengetahui lebih jauh tentang Pengertian Shalat







BAB II
Pengertian Shalat
2.I. Pengertian Shalat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan                (Sidi Gazalba,88)
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59)
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
2.2. Sejarah Dan Dalil Tentang Kewajiban Shalat
A. Sejarah Tentang Diwajibkan Shalat
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang – terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya.
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya

B. Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Shalat
Al-Baqarah, 43
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَىةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَوَارْكَعُوْامَعَ الرَّاكِعِيْنَ
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang – orang yang ruku
Al-Baqarah 110
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَوْةَ وَآتُوْالزَّكَوةَ وَمَاتُقَدِّمُوْا لاَِنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدُاللهِط اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan
Al –Ankabut : 45
وَاَقِيْمِ الصَّلَوةَ اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.
An-Nuur: 56
وَاَقِيْمُوْ الصَّلاَةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَ وَاَطِيْعُوْ االرَّسُوْلَ لَعَلَكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat
Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.





SHALAT BERJAMAAH
Salat Berjama'ah merujuk pada aktivitas salat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum
Jika kita cermati, banyak ibadah mahdhah (vertikal) yang di syariatan secara berjama’ah seperti shalat lima waktu, shalat jumat, puasa ramadhan dan ibadah haji. Dan di balik pensyariatan ibadah tersebut secara berjama’ah, tentunya  tertera beberapa hikmah yang bisa di tinjau dari berbagai aspek. Baik aspek pendidikan, sosial maupun dari sisi balasan yang akan kita dapatkan (pahala).
Pada aspek pendidikan, kita ambil contoh shalat berjama’ah yang mengajarkan akan sikap kedisiplinan. Hal ini bisa dilihat dari adanya kedisiplinan waktu dalam melaksanakannya. Ketika adzan berkumandang, praktis orang yang ingin melakukan shalat berjamaah akan bergegas menuju masjid pada waktu itu juga.
Disamping itu, shalat yang dilaksanakan secara berjamaah juga mendidik kita untuk menghilangkan sikap egoisme  Sebab kita tidak mungkin mengikuti kemuauan kita untuk ruku’ mendahului imam atau melakukan salam lebih dini. Akan tetapi kita dituntut taat mengikuti gerak geri seorang imam. Dengan demikian, semakin kita sering shalat berjamaah maka semakin terdidik diri kita untuk mengendalikan atau melunakan sikap egoisme pada diri kita.
Pada aspek pendidikan, kita ambil contoh shalat berjama’ah yang mengajarkan akan sikap kedisiplinan. Hal ini bisa dilihat dari adanya kedisiplinan waktu dalam melaksanakannya. Ketika adzan berkumandang, praktis orang yang ingin melakukan shalat berjamaah akan bergegas menuju masjid pada waktu itu juga.
Disamping itu, shalat yang dilaksanakan secara berjamaah juga mendidik kita untuk menghilangkan sikap egoisme  Sebab kita tidak mungkin mengikuti kemuauan kita untuk ruku’ mendahului imam atau melakukan salam lebih dini. Akan tetapi kita dituntut taat mengikuti gerak geri seorang imam. Dengan demikian, semakin kita sering shalat berjamaah maka semakin terdidik diri kita untuk mengendalikan atau melunakan sikap egoisme pada diri kita.

SHALAT BERJAMA’AH DITINJAU DARI SEGI SOSIAL
Dari segi sosial, shalat berjama’ah  merupakan manifestasi dari itihadul musim (bersatunya umat islam). Tanpa adanya pecah bela diantara mereka. Tanpa memandang derajat antara kaya dan miskin. Bersatu padu dalam komando seorang imam. Hal ini telah di gambaran oleh  rasulullah saw ketika  mempersaudarakan para sahabat dari golongan anshar (orag-orang yang menyambut kedatangan rasulullah saw) dan golongan muhajirin (orang-orang yang hjrah bersama rasullullah saw). beliau mengatakan bahwa ukhuwah tercipta dengan adanya satu rasa sebagai saudara seiman dan seislam yang akan tumbuh secara perlahan-lahan sengan salah satu medainya berupa sholat jama’ah.
Seorang tokoh orientalis mengataan bahwa Islam akan tetap berdiri kokoh jika masih tiga perkara masih kokoh berdiri, yaitu sholat jumat -yang sudah barang tentu dilakukan secara berjamaah-, mekah masih menjadi kiblat umat Islam dan puasa Ramadhan. Dari sini cukup jelas bahwa bentuk ibadah yang di lakukan secara berjama’ah merupakan basic dari pada kekuatan umat Islam.

Disamping itu, ibadah sholat yang di lakuan secara jama’ah akan menciptakan rasa  empati  terhadap sesama, hingga akhirnya tercipta sebuah  rasa kasih sayang antar sesama muslim yang berawal dari ta’aruf (saling mengenal).  Sebagai gambaran nyata,  masyarakat saat ini pada umumnya  di sibukan dengan berbagai ativitas sehari-hari, sehingga untuk mengenal atau bertemu tetangganya sendiri saja serasa sulit sekali. Akan tetapi dengan adanya sholat berjama’ah seperti sholat lima waktu ataupun shalat jumaat maka akan memberikan solusi untuk saling mengenal dan menjalin silaturrahmi antar sesama. Dan ini merupakan yang diajarkan dalam islam, sebagaimana firman Allah swt. yang artinya, ”Dan sesungguhnya kami jadikan kalian dari berbagai kaum dan suku  agar kalian saling mengenal.” (Al Hujarat:13).
Sedangkan balasan bagi mereka yang melakuan shalat berjama’ah ialah pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw., ”sholat berjama’ah lebih utama di banding shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (muttafaqun ‘alaih dari Ibnu umar). Hadits ini setidaknya memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah  shalat secara berjama’ah.
Pemaparan diatas merupakan segelintir dari sekian banyak hikmah yang bias kita petik dari ibadah yang kita lakukan dengan berjamaah. Tentunya masih banyak hikmah-hikmah yang tersembunyi jika kita mau menggalinya secara lebih dalam lagi. Semoga kita senantisa bisa selalu konsisten melaksanakan rutinitas ibadah dengan berjama’ah












0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template